OMK 

Makna Puasa yang Sejati

Renungan Hari Rabu Abu.
14 Februari 2018.
Oleh Rm. Yohanes Suratman, Pr.

Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan Allahmu sebab Ia pengasih dan penyayang… (Yoel 2:13).

Pada hari ini (Rabu, 14 Februari 2018) umat Katolik merayakan Hari Raya Rabu Abu yang menandai mulainya memasuki masa pertobatan untuk menyambut hari Paskah.

Melalui Nabi Yoel kita diingatkan bahwa pertobatan itu menyangkut soal hati dan bukan sekedar perkara eksternal. Bertobat itu mengoyakkan hati dan bukan pakaian. Artinya orang harus belajar mengolah hati yang kerap dipenuhi dengan berbagai gejolak supaya selaras dengan kehendak Allah.

Untuk membantu pengolahan hati di masa prapaskah ini disediakan berbagai sarana dan kesempatan, diantaranya : doa jalan salib tiap hari Jumat, pendalaman iman di lingkungan-lingkungan dan kelompok-kelompok kategorial seminggu sekali, pantang dan puasa serta amal kasih.

Puasa, sedekah dan doa itu pertama-tama untuk membentuk hati menjadi makin tulus dan mendorong perubahan hidup yang sungguh nyata.

“Ingatlah jangan kamu melakukan kewajiban keagamaanmu di hadapan orang supaya dilihat mereka…
Hendaklah sedekahmu diberikan dengan tersembunyi…” (Mat 6 : 1-4).

Kehidupan batin yang tersembunyi itu amat vital karena segala aktivitas itu bersumber dan mengalir darinya. Dengan batin yang baik orang melatih diri bertindak dengan tulus dan bebas. Puasa, doa dan sedekah tidak ada artinya jika tidak mengalir dari hati yang tulus dan baik. Maka puasa yang sejati adalah mengubah hati yang membenci menjadi mencintai; mengubah hati yang mencela menjadi yang membela; mengubah hati yang suker menjadi hati yang penuh syukur.

Selamat memasuki masa pertobatan (masa Prapaskah) 2018.

Tuhan memberkati kita semua. Amin. Berkah Dalem.

.

Dikutip dengan izin, dari kumpulan renungan harian RD. Yohanes Suratman. Pastor diosesan (praja) di Keuskupan Purwokerto.

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *